5 Penyebab Otak Kita Terperangkap dalam Kecanduan Judi Online Meski Sering Kalah

Meskipun banyak yang menyadari bahaya judi online, kenyataannya banyak yang tetap terperangkap meskipun sering kalah. Mereka terus bermain, bahkan mengorbankan segalanya, termasuk nyawa mereka.

Kisah-kisah tragis sering terdengar, ketika orang rela melakukan hal tercela untuk memuaskan hasrat berjudi. Lalu, apa yang terjadi di otak kita hingga kita bisa terjebak dalam kecanduan judi online, meskipun peluang untuk menang sangat kecil?

1. Pengaruh Dopamin, Kepuasaan di Atas Segalanya

Menurut Psikolog Anak, Remaja & Keluarga dari Tigagenerasi, Ayoe Sutomo, salah satu faktor utama yang membuat seseorang terperangkap dalam ketagihan judi online adalah pelepasan dopamin.

Dopamin adalah hormon yang berperan penting dalam memberikan perasaan bahagia, puas, dan senang. Ketika seseorang menang dalam judol, otak melepaskan dopamin dalam jumlah besar, yang memberikan sensasi kepuasan.

Namun, yang membuat judi online sangat berbahaya adalah sifat dopamin yang nagih. Setiap kali dopamin dilepaskan, kita merasa bahagia dan ingin merasakannya lagi.

“Setiap kemenangan, meskipun kecil, akan membuat pemain merasa puas dan ingin mencoba lagi,” kata Ayoe saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon.

Inilah yang menyebabkan siklus kecanduan, membuat otak terus-menerus mencari sensasi yang sama, meskipun kenyataannya peluang untuk menang semakin kecil.

2. Memicu Rasa Penasaran Ketika Terus Menerus Kalah

Berbeda dengan kegiatan lain seperti olahraga atau kompetisi, yang memiliki batasan dan titik berhenti yang jelas, judi online sengaja dirancang untuk tidak memberikan kemenangan yang konsisten.

Sistem permainan judi online dibuat dengan ketidakpastian, bahkan kemenangan tidak datang secara teratur. Hal ini justru memicu rasa penasaran yang besar, membuat pemain merasa bahwa kemenangan akan datang pada putaran berikutnya.

Padahal, sebenarnya kemenangan dalam judi online sangat sulit didapatkan.

Ayoe, mengatakan,”Ketika seorang pemain mengalami kekalahan, rasa penasaran untuk mencoba lagi semakin kuat, dengan harapan bisa membalikkan keadaan. Inilah yang menyebabkan banyak orang tetap bermain meskipun sudah kalah berulang kali.”

3. Kognitif Bias: Keyakinan Salah yang Membuat Kita Terjebak

Selain dopamin, ada faktor psikologis lain yang turut memperburuk kecanduan judi online, yaitu kognitif bias.

Baca juga:  Ingin Bergaya Hidup Mewah, Seorang Gadis di Sukabumi Jadi Promotor Judi Online

Lebih lanjut Ayoe, menjelaskan, kognitif bias adalah distorsi dalam cara berpikir yang membuat seseorang meyakini sesuatu yang salah atau irasional.

Salah satu bentuk kognitif bias yang sering terjadi pada penjudi adalah keyakinan bahwa semakin banyak mereka kalah, semakin besar peluang mereka untuk menang pada putaran berikutnya.

“Penjudi sering kali merasa bahwa kekalahan beruntun berarti kemenangan besar sudah dekat,” kata Ayoe.

Padahal, kenyataannya sistem judi online memang sengaja dirancang agar kemenangan tidak datang dengan mudah, sehingga keyakinan ini hanya memperburuk kecanduan.

Selain itu, banyak penjudi yang merasa bahwa mereka memiliki kendali atas hasil permainan. Mereka percaya bahwa keterampilan mereka bisa memengaruhi hasil judi. Meskipun dalam kenyataannya, hasil judi online sudah diatur oleh algoritma yang tidak bergantung pada kemampuan pemain.

4. Judi Online Sebagai Pelarian dari Masalah

Seringkali, judi online menjadi pelarian dari masalah hidup. Banyak orang yang berjudi untuk mengalihkan perhatian dari perasaan bosan, stres, atau kesepian.

Judi memberikan sensasi yang bisa mengalihkan perhatian sementara, tetapi pada akhirnya justru menciptakan kecanduan yang lebih besar.

“Ketika seseorang mulai berjudi untuk melupakan masalah pribadi, mereka justru semakin terperangkap dalam ketagihan,” katanya.

Setiap kali mereka bermain, dopamin dilepaskan, memperkuat kecanduan mereka. Meskipun mereka tahu bahwa mereka sedang terjebak dalam lingkaran tersebut, mereka tetap merasa perlu untuk terus bermain.

5. Harapan Palsu yang Menyenangkan

Kognitif bias lainnya yang sering muncul adalah keyakinan bahwa mereka bisa ‘membayar’ kekalahan dengan kemenangan yang lebih besar di masa depan. Ketika kalah, banyak penjudi merasa cemas dan marah, tapi mereka terus berharap bahwa kemenangan akan datang untuk menutupi kerugian mereka.

Harapan palsu ini membuat mereka terus berjudi, meskipun peluang untuk menang sangat kecil. Inilah yang membuat judi online semakin berbahaya, karena harapan yang dibangun di atas dasar keyakinan yang salah, membuat pemain semakin terjebak.